A. LATAR BELAKANG
Manajemen sifat pribadi merupakan bagian penting dalam
rangka meningkatkan kemampuan kepemimpinan seseorang (Warsito, 2008:102).
Setiap orang mempunyai sifat yang baik serta ada kecendrungan sifat buruk. Agar
tumbuh menjadi seseorang pemimpin yang baik, maka sejak dini hendaknya
dilakukan identifikasi sifat yang baik dan buruk yang dimilik. Sifat baik
mempunyai potensi untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan yang sportif. Sedangkan
sifat buruk, akan menghambat tumbuhnya jiwa kepemimpinan. Untuk mengendalikan
sifat buruk dan mengurangi kecendrungannya, maka diperlukan manajeman
sifat dengan cara menyadari adanya sifat
buruk dan adanya langkah-langkah untuk menghilangkan secara bertahap.
Sebaliknya sifat baik memberikan potensi besar bagi tumbuhnya jiwa kepemimpinan
yang perlu dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu lah seseorang harus mampu untuk
melakukan langkah-langkah pengembangan dalam rangka membantu menumbuhkan dan
mengembangkan jiwa kepemimpinan tersebut dengan menggunakan identifikasi
manajemen sifat.
Dengan menggunakan identifikasi serta proses
pengenalan sifat diri, akan banyak membantu di dalam melakukan pengembangan
secara proporsional (Warsito, 2008:103). Berdasarkan hal tersebut maka penulis
akan membahas lebih lanjut mengenai kepemimpina presiden RI yang ke-pertama
hingga yang terakhir, yaitu dengan judul “ANALISIS
KEPEMIMPINAN PRESIDEN RI”.
B. DESKRIPSI UMUM PRESIDEN RI
1.
Dr. Ir. H. Soekarno
Ir.
Soekarno (ER, EYD: Sukarno) (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan
Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno menandatangani
Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang
dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan
institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah
pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari
jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan
mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Soekarno dilahirkan dari
seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan
seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan
beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno
Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika
berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut
diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi
"Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o"
sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik"
Ketika kecil Soekarno
tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun,
seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.)
di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak
bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno
kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School
(sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo
dan Dr. Douwes Dekker,
yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Kiprah
politik Masa pergerakan nasional pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di
Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap
Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia
Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo),
yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional.
Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada
seorang Guru Persatuan Islam
bernama Ahmad Hasan.
Soekarno bersama Fatmawati
dan Guntur
Pada awal masa penjajahan
Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh
pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan"
keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan
pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh
Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan
lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam
berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur
dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya
tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah
tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Soekarno diantara Pemimpin
Dunia
Presiden Soekarno sendiri,
saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan
bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya
dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar
pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia
sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana
Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang
dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci)
kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat
pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga
tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus
1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat
Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam
badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.
Soekarno bersama tokoh-tokoh
nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi),
Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang
menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama
pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi
kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan
Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan
menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang
adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia
yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan
Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu
pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta
diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden
dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat
menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000
rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata
lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu
(AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de
facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden
Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi
yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu.
(dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10
November 1945 di Surabaya dan gugurnya
Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan
Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden
dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno
menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan
kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi
kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double
executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir
sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya
maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945
tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap
negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan
berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap
paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948
serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil
Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda.
Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri
tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang
sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa
Indonesia-Belanda.
Setelah Pengakuan Kedaulatan
(Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan
Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia
Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan
Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena
tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan,
maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik
Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai
pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya
kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada
kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal
Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan
terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet
yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden
Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai
"penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan
menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh
bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga
banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya
terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil
inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila.
Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat
"bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih
mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir
yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam
pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U
Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika
yang membuahkan Gerakan Non Blok.
Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh
kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan
sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih
dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak
penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau
mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik
luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno
mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di
antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
2.
Jendral TNI H.M. Soeharto
Jendral Besar TNI Purn. Haji Moehammad
Soeharto, (ER, EYD: Suharto) (lahir
di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun) adalah Presiden Indonesia
yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno.
Sebelum menjadi presiden,
Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda,
dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September,
Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang
bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini
menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.
Soeharto kemudian mengambil
alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia
dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah
mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998
dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia
terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Peninggalan Soeharto masih
diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai
kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan
warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa
dengan jumlah US$15 milyar sampai US$35 milyar. Usaha untuk mengadili Soeharto
gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit
berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada
tanggal 27 Januari 2008.
Karier
Militer pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Setelah enam bulan
menjalani latihan dasar, ia tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan
menerima pangkat kopral. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah
Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Dia bergabung dengan pasukan
kolonial Belanda, KNIL. Saat Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan
Darat selama seminggu. Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian
menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan
batalyon berpangkat letnan kolonel.
Setelah Perang Kemerdekaan
berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat
letnan kolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan
pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk sebagai Komadan
APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang
bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.
Pada 1 Maret 1949, ia tampil memimpin serangan umum dan
berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam.
Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan
Hamengku Buwono IX kepada Panglima Besar
Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol
Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu
selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia (RI) masih ada.
Pada usia sekitar 32 tahun,
tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen
Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953). Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan
Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai
pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957,
pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.
Lembaran hitam juga sempat
mewarnai lembaran kemiliterannya. Ia dipecat oleh Jenderal Nasution sebagai Pangdam Diponegoro. Peristiwa pemecatan pada 17 Oktober 1959 tersebut akibat ulahnya yang diketahui menggunakan
institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di Jawa Tengah. Kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel
Ahmad Yani. Atas saran Jendral
Gatot Subroto saat itu, dia
dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat. Pada usia 38 tahun, ia
mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di Bandung dan
pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada 1 Januari 1960. Kemudian, dia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf
Angkatan Darat di usia 39 tahun.
Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad
(Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah
dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada
tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik
Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), dan Bonn (Jerman). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor
jenderal (1 Januari 1962) dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian
Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.
Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi
mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan
Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
Sekitar setahun kemudian,
tepatnya, 2 Januari 1962, Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima
Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto dilantik
sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis
Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya. Setelah diangkat sebagai Panglima Komando
Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1 Mei 1963, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965. Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib.
Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap
orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI.
3.
Prof.Dr.Ing. B. J. Habibie
Presiden RI ke-3 adalah Prof.Dr.Ing. B. J. Habibie.
Memerintah sejak 21 Mei 1998-20 Oktober 1999. Lahir di Pare-Pare, Sulawesi
Selatan tanggal 25 Juni 1936. Menyelesaikan SMA dan Perguruan Tinggi di
Bandung. Sekolahnya di ITB tidak dilanjutkan setelah memperoleh beasiswa di
Technische Hochehule, Achen, Jerman dan lulus cum laude untuk jurusan kontruksi
pesawat terbang sebagai Dipl.Ing. pada tahun 1960. Pada tahun 1965, ia meraih
gelar Doctor Ing. dengan predikat summa cumlaude. Ia pernah pernah menjadi
wakil presiden dan Direktur Teknologi di Hamburg, Jerman. Keberhasilan
pendidikan tersebut menjadikan ia dipanggil Presiden Soeharto pulang ke Indonesia
pada tahun 1974. Selanjutnya ia menduduki berbagai macam jabatan penting,
diantaranya penasihat Presiden
RI, memimpin Divisi Advanced
Technologi Pertamina (BPPT), merintis Industri Pesawat Terbang di Bandung, dll.
Prof.Dr.Ing. B. J. Habibie meletakkan jabatan presiden
pada tanggal 20 Oktober 1999 setelah pidato pertanggung jawabannya tidak
diterima oleh Sidang Umum MPR 1999 (Sugeng:2003).
4.
K.H. Abdurrahman Wahid
Presiden RI ke-4 adalah K.H. Abdurrahman Wahid. Lahir
di Jombang 14 Agustus 1940. Abdurrahman Wahid yang pernah mengenyam pendidikan
hingga lulus di Universitas Al-Azhar, Mesir dan juga pendiri Forum Demokrasi
ini menjadi presiden setelah melalui proses pemilihan presiden pada tanggal 20 Oktober 1999.
Sebelumnya dikenal sebagai ketua PB NU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)
Indonesia. Kabinet yang dipimpin dinamakan Kabinet Persatuan Indonesia. Dalam
perjalanan pengabdiannya, cabinet ini sering menerima kritikan tajam dari
masyarakat dan bahkan terjadi pencopotan-pencopotan ataupun pengunduran diri
beberapa menteri karena beda misi dengan presiden. Meskipun dikenal dengan
presiden yang embingungkan rakyat karena perkataannnya, namun beliau pun diakui
banyak membuat langkah-langkah yang berani. Di masa pemerintahannya. wilayah Indonesia
berubah menjadi 32 provinsi, dan persentasi kekayaan daerah pusat, lebih baik
dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Beliau berhenti sebagai presiden setelah
MPR menolak pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa yang tidak dihadirinya
(Sugeng:2003).
5. Megawati Soekarnoputri
Presiden ke-5 RI adalah Dyah Permata Setyawati
Soekarnoputri lahir di Yogyakarta 23 Januari 1946. Megawati dilantik menjadi
presiden pada tanggal 23 Juli 2001, menggantikan Abdurrahman Wahid yang menolak
memberikan pertanggungjawaban di depan
Sidang Istimewa MPR.
Megawati pernah menempuh pendidikan di Fakultas
Pertanian Universitas Pejajaran (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia (1970-1972) beberapa tahun dan tidak dilanjutkan. Kenaikan Megawati
menjadi presiden didukung oleh sebagian
besar fraksi DPR/MPR, meskipun sebelumnya sempat terjadi perbedaan pandangan
mengenai boleh tidaknya wanita menjadi presiden di Indonesia. Megawati dikenal sebagai
seorang nasionalis sejati yang konsisten dengan sikap dan tindakan yang tetap
mempertahankan keutuhan NKRI yang hamper tercerai berai. Megawati diangkat
menjadi Presiden RI melalui Tap MPR No. III/MPR/2001, menggantikan Abdurrahman
Wahid terhitung sejak diambil sumpahnya sampai
selesainya jabatan Presiden RI 1999/2004 (Sugeng:2003).
6. Susilo Bambang Yudhoyono
Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
(lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949;
umur 60 tahun) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober
2004. Ia, bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu
Presiden 2004. Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua
dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil
Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang
Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa
kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.
Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orang
tuanya dan populer dengan panggilan "SBY", melewatkan sebagian masa
kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan militer. Selama
di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya
terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang
pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah
Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004,
keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi
presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat
Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945.
Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan
Kristiani Herrawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo
Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas
Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965
Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9
September 1949 dari anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari
ayahnya, silsilahnya dapat dilacak hingga Pangeran Buwono Keling dari Kerajaan Majapahit
dengan RM. Kustilah yang merupakan keturunan Gusti Bandoro Ayu (putri Sri Sultan Hamengkubuwono III.
Seperti ayahnya;, ia pun
berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono
menikah dengan Kristiani Herawati
yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut
membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1979) dan Edhie Baskoro
Yudhoyono (lahir 1982).
Agus adalah lulusan dari SMA
Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi
Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat
yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur
Bank Indonesia. Sejak
pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic
Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda
dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat.
C. EFEKTIFITAS
KEPEMIMPINAN RI
Untuk mengetahui efektifitas kepemimpinan presiden
Republik Indonesia, disini penulis mengunakan instrumen berupa
pengidentifikasian bentuk fisik, pengalaman, serta juga kesuksesan dan
kegagalan yang pernah dilakukan Presiden RI. Yang mana identifikasi tersebut
akan dituangkan dalam bentuk tabel 1.1. Sehingga dari hal tersebut, akan diketahui
presiden mana yang paling efektif dalam
memimpin dan melaksanakan roda pemerintahan Republik Indonesia.
NO
|
Nama Presiden
|
Identifikasi
|
||
Bentuk Fisik dan Sifat
|
Pengalaman
(Pendidikan)
|
Kesuksesan & Kegagalan
|
||
1
|
Dr. Ir. H. Soekarno
|
Tinggi, kekal, tempramen,
lembut, menyukai keindahan. Termasuk kepemimipinan kharismatik.
|
Mempeoleh gelar Ir. (insinyur)
di THS (Technische Hoogeschool) Bandung,
sekarang ITB (Institut Teknologi Bandung).
|
Kesuksesan:
1. merumuskan
ajaran marhaenisme.
2. mendirikan
PNI tanggal 4 Juli 1927
3. memproklamasikan
kemerdekaan RI
4. pencetus
Pancasila sebagai dasar negara RI.
5. menghimpun
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam konfrensi Asia-Afrika
pada tahun 1955 di Bandung
Kegagalan:
1.
gagal mempersatukan Irian Barat karena beliau sakit.
2.
gagal menangani krisis politik yang melanda tahun
1966.
|
2
|
Jendral TNI H.M. Soeharto
|
Tinggi, kekal, pintar,
pembawaannya formal, tidak hangat dalam bergaul. Termasuk kepemimpinan
otoriter.
|
Menyelesaikan sekolah Bintara
(1941) di Gombong, Jawa Tengah. Resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5
Oktober 1945, Panglima Mandala/ Pembebasan Irian Barat (1962-1963), dan
menjadi Panglima Kostrad. Karena jasanya menumpas Pemberontakan G 30 S/PKI (1965-1966), maka
pada tanggal 1 Juli 1966 memperoleh pangkat jendral menjadi Pangad. Pada
tanggal 12 Maret 1967 menjadi pejabat Presiden,
|
Kesuksesan:
1. Sebagai presiden Indonesia selama lebih
dari 30 tahun, Soeharto telah banyak mempengaruhi sejarah Indonesia. Dengan
pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan partai komunis. Dijadikannya Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya
karena kekhawatirannya bahwa partai Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente
/partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan
merdeka. Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.
2.Untuk mengendalikan jumlah penduduk
Indonesia, Soeharto memulai kampanye Keluarga
Berencana yang menganjurkan setiap pasangan untuk memiliki
secukupnya 2 anak.
Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang
nantinya dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit
sampai kerusakan lingkungan hidup.
3. mempelopori wajib belajar 9 tahun.
Kegagalan:
1.
Menyalahgunakan kewenangan menjadi presiden yaitu:
menjadi presiden terlama hingga 32 tahun, melakukan KKN.
|
3
|
Prof.Dr.Ing. B. J.
Habibie
|
Pendek, agak kecil, sangat
terbuka dalam berbicara, tidak pandai mendengarkan orang lain, akrab dalam
bergaul, dan tidak
jarang eksplosif, sangat detailis, suka uji coba tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kadang-kadang dalam mengambil keputusan kurang tepat. |
Menyelesaikan SMA dan Perguruan
Tinggi di Bandung. Sekolahnya di ITB tidak dilanjutkan setelah memperoleh
beasiswa di Technische Hochehule, Achen, Jerman dan lulus cum laude untuk
jurusan kontruksi pesawat terbang sebagai Dipl.Ing. pada tahun 1960. Pada
tahun 1965, ia meraih gelar Doctor Ing. dengan predikat summa cumlaude. Ia
pernah pernah menjadi wakil presiden dan Direktur Teknologi di Hamburg.
|
Keberhasilan
1. Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil
memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti
Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang
paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak
disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era
presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan
Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
2.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar
masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir
pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai
tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak
akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga
memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Kegagalan:
1. Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi
terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie
memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat
itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih
merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa
kepresidenannya, Timor Timur lepas dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat
pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh
sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia
yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
|
4
|
K.H. Abdurrahman Wahid
|
Bisa dibilang sebagai seorang
pemimpin Negara fisik seorang Gus Dur kurang memenuhi syarat, tapi sifat dan
pembawaan gus dur yang sangat mendukung yaitu seorang kiai yang sangat
liberal
dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat tidak disiplin, dan bergaya kepemimpinan ala LSM. |
Abdurrahman Wahid yang pernah
mengenyam pendidikan hingga lulus di Universitas Al-Azhar, Mesir dan juga
pendiri Forum
|
Keberhasilan:
1. Pada
Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan
negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua
penandatangan akan melanggar persetujuan.[42] Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966
yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
Kegagalan :
1. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal
Buloggate dan Bruneigate.
|
5
|
Megawati Soekarnoputri
|
Seorang pemimipin Negara wanita
yang pertama di RI, dengan fisik agak gemuk, pendek, berpenampilan tenang dan
tampak kurang acuh
dalam menghadapi persoalan. Tetapi dalam hal-hal tertentu Megawati memiliki determinasi dalam kepemimpinannya. |
Megawati pernah menempuh
pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Pejajaran (1965-1967) dan Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia
(1970-1972) beberapa tahun dan tidak dilanjutkan.
|
Keberhasilan :
1.Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin
menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia
|
6
&
7
|
Susilo Bambang yudhoyono
|
Secara fisik SBY mepunyai
postur yang ideal sebagai presiden karena latar belakang pendidikanya adalah
kemiliteran di tunjang dengan Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam
lingkungan tentara dan ia juga
berlatar belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik kepada SBY karena ia santun dalam setiap penampilan dan apik pula berbusana. Penampilan semacam ini meningkatkan citra SBY di mata masyarakat. SBY adalah seorang militer intelektual, bisa dibandingkan dengan Jenderal Soewarto yang pernah menjabat sebagai Komandan Seskoad tahun 1960-an. Dari sana dilahirkan berbagai konsep mendasar tentang ketentaraan dan pemerintahan pada awal-awal kelahiran Orde Baru. Tingkat intelektualitas SBY tampak lebih menonjol dibandingkan dengan Kalla yang lebih praktis dan pragmatis. SBY tajam dalam analisis dan karenanya tidak aneh jika selalu nomor wahid di sekolahnya. Ketajaman dan kecermatan SBY dalam menganalisis adakalanya dapat mengurangi tingkat determinasi dalam pengambilan keputusan. |
Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973.
Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS,
1982-1983
On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort
Bragg, AS, 1983
Kursus Komando Batalyon, 1985
Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut
Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.
|
Keberhasilan :
1. Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN)
sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia
juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan
rakyat.
Kegagalan :
1. Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam
seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan
tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan
ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.
|
makasih analisisnya sob, sangat membantu..
BalasHapus