- Sebelah utaranya disebut subak kayu pas karena orang minum air dikedat rawa-rawa membuat orang mati yang airnya mengandung racun yang diakibatkan dari pohon-pohon yang tumbuh disitu dari itulah tempat tersebut disebut Subak Kayu Pas.
- Sebelah selatannya subak padangkeling yang ceritanya ada orang kalingga tidak cocok dengan raja Monaspathika tentang awig-awig dan dia menyingkir keselatan buat pondok-pondok disebut Desa Padangkeling
- Sebelah timurnya subak kayu jati disebut subak jati karena disana ada pohon-pohon jadi banyak yang ditebang oleh orang-orang Bebetin dan buat pondok disana disebut Kubujati dan subaknya disebut Subak Jati.
- Sebelah timurnya tukad buus dibuat sawah diberi nama Subak Banyuning. Jadi seseungguhnya Monaspathika menurut Pof. Berandes orang Belanda orang Belanda tahun 1868 artinya Monaspathika: Mona = Ning, Spatika yaitu berkilau, berobat sama dengan Yeh (yeh ning) dan disebut Banyuning. Kemudian Banyuning menganut penyepian khusus yaitu pada bulan September sasih ke tiga dengan hal membuat pecaruan yang dilaksanakan pada waktu matahari berada nol derajat itu didasari penduduk Banyuning pada waktu itu kena wabah penyakit serta ditambah melakukan penyepian umum (penyepian umat hindu).
Sabtu, 17 Agustus 2013
SEJARAH DESA BANYUNING
Asal mula nama Desa/Kelurahan Banyuning adalah Monaspathika, Monaspathika diambil dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Mona dan Spathika.
Mona berarti diam/hening, Spathika berarti air. Jadi kata Monaspathika
diartikan air yang hening/Banyuning. Desa Monaspathika sudah ada pada
abad 13 dimana pada jaman itu masyarakat Monaspathika tebal keyakinannya
terhadap adanya Polipos gaib yang ada pada pohon-pohon yang besar dan
batu-batu yang besar maka dari itu dibangunlah Pura Pemaksanan yang
sekarang diberi nama Pura Gede Pemayun. Disamping itu ada pula Pura
Pemaksan yang lain seperti Pura Pemaksan Kangin, Pura pemaksan kauh yang
diberi nama Pura Kerta. Lama-kelamaan begitu Mpu Kuturan dating ke
Bali, berdirilah Pura Kayangan Tiga di antaranya: Pura Desa/Bale Agung,
Pura Dalem, dan Pura Segara. Kemudian Dalem Shili menyerahkan prasasti
Raja Purana kepada bendesa Monaspathika di mana prasasti/Raja Purana
terebut ditempatkan di Pura Pemaksan Kauh (Pura Kerta) dan lama kelamaan
Desa Monaspathika semakin menyempit dan bagian baratnya semakin utuh.
Dan bagian lainnya yaitu:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar