Pengertian Modal dan Struktur Modal
Setiap perusahaan, baik yang dibangun oleh individu ataupun kelompok pada dasarnya memerlukan modal didalam mengoperasionalkan usahanya. Dalam kajian ilmiah, modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang
ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh
utangnya (Munawir,2001). Mengkaji hal terrsebut maka, struktur
Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba
ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur Modal merupakan masalah penting
dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur
Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan beberapa Teori yang menjelaskan
Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
2.2. Teori
Struktur Modal
2.2.1. Teori
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional
berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal
mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat
berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2.2.2. Teori Pendekatan
Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat
bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam hal ini telah
dimasukkan faktor pajak. Sehingga
nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan
tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.
2.2.3. Teori Trade-Off dalam
Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal
yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu
hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan.
Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :
a.
Biaya Langsung
Yaitu, biaya yang
dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lainnya yang sejenis.
b.
Biaya Tidak Langsung
Yaitu, biaya yang terjadi
karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau
berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak akan mau
memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar.
Biaya lain dari peningkatan
hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara pemegang hutang dengan
pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan
bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya monitoring (Persyaratan yang lebih
ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga
2.2.4. Teori Pecking Order
Teori Trade-Off mempunyai
implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka trade-off antara
penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan Struktur Modal. Dalam
kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir demikian.
Secara spesifik, perusahaan
mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam
Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan memilih pandangan
internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang
dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b.
Perusahaan menhitung target
rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
c. Karena kebijakan deviden yang
konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang
tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh
perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat
saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d.
Jika padangan eksternal
diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat
berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang,
kemudian dengan surat
berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham
sebagai pilihan terakhir.
Teori Pecking Order ini bisa
menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih
tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
2.2.5. Teori Asimetri
Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa
dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi
yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari
pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari
Teori :
a.
Myers dan Majluf
Menurut
Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager
mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan
pihak luar.
b.
Signaling
Mengembangkan model dimana
struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh
manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan
baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan
hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak
sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang
bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik.
Apakah Anda dalam kesulitan keuangan? Apakah Anda perlu
BalasHapuspinjaman untuk memulai bisnis atau untuk membayar tagihan Anda?
Kami memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan bantuan dan kami memberikan pinjaman kepada perusahaan lokal, internasional dan juga pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%.
Terapkan Sekarang Via Email: kellywoodloanfirm@gmail.com
Terima kasih
Terima kasih dan Tuhan memberkati
Ibu Kelly
Kita juga punya nih materi "Teori Struktur Modal" berikut linknya
BalasHapushttp://catatanblogdian.blogspot.co.id/2016/12/manajemen-keuangan-teori-struktur-modal.html
terima kasih
semoga bermanfaa